Banyakalasan orang tidak hobi atau tidak suka membaca. Mereka menganggap kegiatan membaca itu merupakan kegiatan yang menyita waktu sehingga membosankan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. “Buku adalah gudang ilmu sedangkan membaca adalah kuncinya”. Ungkapan tersebut memiliki makna bahwa untuk memperoleh ilmu dari buku satu-satunya cara adalah dengan membaca. Tidak mungkin, buku yang ada di pustaka sekolah, pustaka daerah atau bahkan pustaka yang sengaja kita buat di rumah mampu secara otomatis mentransferkan ilmu kepada kita tanpa membacanya. Karena itu, para guru di sekolah-sekolah selalu memberi motivasi kepada murid atau siswanya dengan mengatakan bahwa siapa yang banyak membaca buku maka orang itu akan menguasai dunia. Memang seperti itulah kenyataannya. Negara-negara maju di duniasaat ini adalah negara-negara di mana rakyatnya paling suka membaca orang-orang kita mengakui, membaca buku bukan hal yang disukai. Apalagi buku-buku yang akan dibaca itu adalah buku-buku tebal penuh dengan teori-teori yang sulit dipahami. Kecuali buku-buku seperti novel dan sejenisnyanya serta buku praktis yang populis terkait dengan dinamika kehidupanyang tidak rumit. Maka membaca koran atau majalah menjadi bacaan yang paling banyak digemari. Selain praktis, kedua media tersebut dapat memberi informasi menarik termasuk perkembangan ilmu pengetahuan terkini. Kenyataan itu, bukan hanya terjadi di kalangan yang sudah menyelesaikan pendidikan saja tetapi bagi mereka yang saat ini sedang kuliah sering merasakan seperti itu. Boleh kita tanyakan kepada mahasiswa, berapa buah buku di habis mereka baca selama satu semester kuliah. Saya yakin jawabannya banyak yang mengatakan tidak ada satupun buku yang habis dibaca secara tuntas. Kita tidak tahu apakah hal ini juga terjadi di negara-negara lain? Atau memang ini hanya karena dipengaruhi oleh budaya kita di sini?.Memang, persoalan membaca memang sangat indivualis. Bila dari sononya suka membaca otomatis kemanapun dia pergi membaca tetap menjadi hal yang tidak membosankan atau menjadi hobi bagi dirinya. Sebagai perbandingan, hampir lima bulan terakhir setiap pagi saya sering minum kopi dengan teman-teman di sebuah warung di sudut kampus Darussalam Banda Aceh. Awalnya, saya tidak memperhatikan seorang mahasiswa asing kelihatannya asal Turki yang juga sering singgah di warung kopi tersebut. Teman saya mengatakan “Coba lihat mahasiswa itu, sambil sarapan juga baca buku”. Pemandangan itu benar-benar beda dengan mahasiswa lokal yang juga setiap pagi di kita tidak suka membaca buku? Mungkin salah satu jawabannya karena banyak yang merasa setelah membaca buku tidak banyak manfaat yang diperoleh secara langsung. Atau dengan kata lain, pengetahuan yang diperoleh itu tidak begitu aplikatif dengan kondisi sehari-hari. Banyak yang merasa membaca atau tidak membaca buku kehidupan mereka begitu-begitu penyebabnya, karena kita membaca hanya sekedar membaca kemudian tidak mampu mencerna isi dari buku yang sudah dibaca. Mungkin juga karena kebanyakan kita membaca hanya sekedar ikut-ikutan sehingga tidak fokus. Akibatnya, banyak yang tidak tahu apa yang telah dibaca. Sehingga merasa apa yang telah dibaca tidak bermanfaat sama lain karena kebiasaan suatu tempat, apakah dalam lingkup negara atau daerah. Mungkin orang Jepang atau negara-negara maju lain, tidak begitu aneh bila ada sibuk membaca buku di bus atau ditempat-tempat terbuka lainnya. Tetapi karena kita tidak terbiasa seperti itu, maka ketika melihat orang membaca di bus atau di tempat terbuka banyak orang yang merasa aneh. Bahkan ada yang langsung mengeledek “Kog, rajin kali membaca, apa mau jadi Presiden?” Begitulah kira-kira. Bahkan kalau kita datangi ke sejumlah kampus-kampus yang ada di negara kita, pasti akan kita dapati kenyataan seperti itu. Begitu langka mahasiswa yang memanfaatkan waktu senggang untuk membaca. Bila di kalangan mahasiswa di kampus kenyataan seperti itu. Saya pikir tak ada tips yang paling ampuh untuk membuat masyarakat kita suka membaca. Namun demikian, kita tidak perlu pesimistis, sebab kita punya keyakinan pasti pada suatu saat nanti semua akan berubah. Hanya waktu yang tepat yang tidak bisa tentukan secara pasti kapan perubahan itu terjadi. Lebih baik sekarang kita mulai dari diri kita sendiri. Sebab hanya dengan membaca akan mampu merubah dunia, paling kurang merubah berprilaku kita***DJH/ Lihat Sosbud Selengkapnya 4 Pastikan pula bahwa kalimat utama memuat informasi pokok yang berkaitan dengan kalimat penjelas lainnya. Pada paragraf eksposisi di atas terdapat ide pokok yang berada di awal paragraf, yakni "Banyak alasan orang tidak hobi atau tidak suka membaca." yang selanjutnya dirincikan oleh beberapa kalimat penjelas terkait alasan orang tidak suka Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Makassar20 September 2021 2153Kelas 10 Topik Teks Eksposisi Hai Nadine M. Terima kasih sudah bertanya di Roboguru. Teks eksposisi adalah paragraf atau karangan yang memuat sejumlah informasi dan pengetahuan dengan penyajian yang lebih singkat, padat, dan akurat. Struktur teks eksposisi terdiri atas 1 tesis yang berisi sudut pandang penulis terhadap permasalahan yang akan dibahas; 2 argumentasi, yakni sejumlah fakta atau data yang menjadi bukti dan alasan untuk memperkuat pandangan yang telah dijelaskan pada bagian tesis; dan 3 penegasan ulang berupa pernyataan akhir atau simpulan untuk menegaskan kembali seluruh argumentasi terkait tesis yang telah dikemukakan sebelumnya. Setiap bagian dalam teks eksposisi tentu memuat satu ide pokok. Ide pokok adalah gagasan yang disampaikan penulis sebagai pokok pembahasan dan menjadi pengendali sebuah paragraf serta dasar dalam mengembangkan sebuah paragraf. Ide pokok berada dalam kalimat utama yang dapat terletak di awal paragraf, akhir paragraf, awal-akhir paragraf, di tengah paragraf, dan menyebar. Berikut adalah cara menentukan ide pokok. 1. Membaca keseluruhan paragraf secara saksama. 2. Memperhatikan letak kalimat utama yang memuat ide pokok pada awal paragraf, akhir paragraf, atau awal dan akhir paragraf. 3. Pastikan bahwa kalimat utama tersebut tidak diawali dengan kata hubung tertentu. 4. Pastikan pula bahwa kalimat utama memuat informasi pokok yang berkaitan dengan kalimat penjelas lainnya. Pada paragraf eksposisi di atas terdapat ide pokok yang berada di awal paragraf, yakni "Banyak alasan orang tidak hobi atau tidak suka membaca." yang selanjutnya dirincikan oleh beberapa kalimat penjelas terkait alasan orang tidak suka membaca. Dengan demikian, ide pokok pada paragraf eksposisi di atas adalah "Banyak alasan orang tidak hobi atau tidak suka membaca." Dilansirdari Ensiklopedia, banyak alasan orang tidak hobi atau tidak suka membaca. mereka menganggap kegiatan membaca itu merupakan kegiatan yang menyita waktu sehingga membosankan. yang paling parah lagi, ada yang mengatakan membaca kurang bermanfaat bagi dirinya. ada pula yang berpendapat kalau orang hobi membaca akan menjadikannya ia pemalas karena waktu dihabiskan hanya untuk membaca
Playthis game to review Other. Bacalah kutipan teks eksposisi ini untuk menjawab soal nomor 1 dan 2! Banyak alasan orang tidak hobi atau tidak suka membaca. Mereka mengganggap kegiatan membaca itu merupakan kegiatan yang menyita waktu sehingga membosankan. Yang paling parah lagi, ada yang mengatakan membaca kurang bermanfaat bagi dirinya.
Banyakalasan orang tidak hobi atau tidak suka membaca. Mereka menganggap kegiatan membaca itu merupakan kegiatan yang menyita waktu sehingga membosankan. Yang paling parah lagi, ada yang mengatakan membaca kurang bermanfaat bagi dirinya. . 120 177 4 270 144 79 89 191

banyak alasan orang tidak hobi atau tidak suka membaca